Senin, 25 April 2011

Sejarah Pahlawan revolusi Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Soeprapto

R. Suprapto (pahlawan revolusi)



Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto (lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 20 Juni 1920 – meninggal di Lubangbuaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 45 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu korban dalam G30SPKI dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Suprapto yang lahir di Purwokerto, 20 Juni 1920, ini boleh dibilang hampir seusia dengan Panglima Besar Sudirman. Usianya hanya terpaut empat tahun lebih muda dari sang Panglima Besar. Pendidikan formalnya setelah tamat MULO (setingkat SLTP) adalah AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta yang diselesaikannya pada tahun 1941.
Sekitar tahun itu pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi sehubungan dengan pecahnya Perang Dunia Kedua. Ketika itulah ia memasuki pendidikan militer pada Koninklijke Militaire Akademie di Bandung. Pendidikan ini tidak bisa diselesaikannya sampai tamat karena pasukan Jepang sudah keburu mendarat di Indonesia. Oleh Jepang, ia ditawan dan dipenjarakan, tapi kemudian ia berhasil melarikan diri.

Selepas pelariannya dari penjara, ia mengisi waktunya dengan mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda, latihan keibodan, seinendan, dan syuisyintai. Dan setelah itu, ia bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat.
Di awal kemerdekaan, ia merupakan salah seorang yang turut serta berjuang dan berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Selepas itu, ia kemudian masuk menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto. Itulah awal dirinya secara resmi masuk sebagai tentara, sebab sebelumnya walaupun ia ikut dalam perjuangan melawan tentara Jepang seperti di Cilacap, namun perjuangan itu hanyalah sebagai perjuangan rakyat yang dilakukan oleh rakyat Indonesia pada umumnya.

Selama di Tentara Keamanan Rakyat (TKR), ia mencatatkan sejarah dengan ikut menjadi salah satu yang turut dalam pertempuran di Ambarawa melawan tentara Inggris. Ketika itu, pasukannya dipimpin langsung oleh Panglima Besar Sudirman. Ia juga salah satu yang pernah menjadi ajudan dari Panglima Besar tersebut.
Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia sering berpindah tugas. Pertama-tama ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV/ Diponegoro di Semarang. Dari Semarang ia kemudian ditarik ke Jakarta menjadi Staf Angkatan Darat, kemudian ke Kementerian Pertahanan. Dan setelah pemberontakan PRRI/Permesta padam, ia diangkat menjadi Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatera yang bermarkas di Medan. Selama di Medan tugasnya sangat berat sebab harus menjaga agar pemberontakan seperti sebelumnya tidak terulang lagi.

Sejarah Pahlawan revolusi Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani

 



PANDUAN MUSEUM JENDERAL A. YANI
Sasmitaloka Pahlawan Revolusi A. Yani yang terletak di Jl. Lembang D 58, Menteng, Jakarta Pusat, adalah sebuah monumen. Bangunan monumen tersebut berbentuk sebuah memorial museum untuk mengenang dan mengabadikan perjuangan Jenderal TNI Anumerta A. Yani dan para Pahlawan Revolusi lainnya yang gugur akibat pemberontakan dan kebiadaban G 30 S/PKI.
Pemakaian nama museum "Sasmitaloka Pahlawan Revolusi A. Yani", mengandung maksud "tempat semangat juang, jasa, pengabdian dan pengorbanan Pahlawan Revolusi A. Yani dan para Pahlawan Revolusi lainnya diabadikan" Sesuai dengan arti harfiah kata Sasmita berarti isyarat, firasat dan wangsit, pengeling-ngeling; loka berarti tempat, sedang nama Pahlawan Revolusi adalah penghargaan yang diberikan oleh negara sebagai penghormatan kepada para Pahlawan Kusuma Bangsa yang gugur bersama-sama pada dini hari, tanggal 1 Oktober 1965, akibat ulah brutal dari segolongan manusia yang hendak menikam dan merobek-robek Pancasila.
Adapun bangunan yang dipakai sebagai monumen/memorial museum itu semula merupakan rumah tempat tinggal pribadi keluarga Jenderal TNI Anumerta A. Yani yang pada saat terakhir menjabat Menteri/Panglima TNI AD. Beliau sekeluarga mendiami rumah ini semenjak masih berpangkat Letnan Kolonel, sedangkan selaku Men/Pangad beliau tinggal di rumah dinas, di jalan Diponegoro yang sekarang menjadi Wisma A. Yani, rumah pribadi ini diserahkan oleh Ibu Yani atas nama keluarga A. Yani kepada TNI AD dengan harapan agar rumah tersebut dapat menjadi sarana penyampaian maksud sebagai tempat mengenang dan mengambil tauladan perjuangan Jenderal TNI Anumerta A. Yani dan para Pahlawan Revolusi lainnya.
Upacara penyerahan gedung Sasmitaloka dari Ibu Yani sekeluarga kepada Men/Pangad Letnan Jenderal TNI Soeharto (Presiden RI II) dilakukan pada hari jum'at Kliwon tanggal 30 September 1966 dalam suatu upacara yang sederhana. Gedung tersebut selanjutnya pada tanggal 1 Oktober 1966 diresmikan menjadi memorial museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi A. Yani yang pengelolaan serta pembinaannya oleh Pimpinan TNI AD dipercayakan kepada Dinas Pembinaan Mental TNI AD.
Ruang I : Ruang Tunggu.
Ruang ini diberi nama Ruang Tunggu. Para tamu yang datang biasanya menunggu di ruang ini sebelum resmi diterima almarhum Jenderal TNI A. Yani di ruang lain. Almarhum dahulu juga menggunakan ruangan ini untuk menerima tamu-tamu yang belum pernah bertamu ke rumah beliau. Dalam ruangan ini terdapat beberapa etalage yang berisi benda-benda koleksi berupa cindera mata dari berbagai daerah dan Negara, antara lain : Cindera mata yang diterima dari beberapa dinas, departemen atau dari teman-teman beliau yang berupa vandel, model-model senjata, lambang-lambang, medali, gading gajah dan lain-lain.
Ruang II : Ruang Ajudan.
Ruangan ini dahulunya dipakai sebagai kamar kerja ajudan. Di sini terdapat beberapa perlengkapan (equipment) kerja yang susunan (formation composition) dan letaknya tidak mengalami perubahan, jadi masih sama seperti semasa hidup almarhum Jenderal TNI Anumerta A. Yani. Dalam ruang ini terdapat beberapa etalage dan potret-potret yang menggambarkan pelbagai keadaan sewaktu almarhum menjabat Men/Pangad
Ruang III : Ruang Santai.
Sesuai dengan namanya di ruangan ini almarhum Jenderal TNI A. Yani duduk bersantai, setelah seharian bekerja di kantor, sambil membaca dan mengawasi putera-puterinya bermain ayunan. Tepat di depan ruangan ini terdapat taman untuk bermain anak-anak. Tidak jarang pula beliau tidur terlelap di kursi panjang. Di ruang ini juga disimpan Stick GoIf, salah satu olah raga kegemaran almarhum, aquarium, foto-foto dan lain-lain
Ruang IV : Ruang Khusus/Kerja.
Selama Jenderal TNI Anumerta A. Yani menjabat sebagai Men/Pangad disinilah beliau menjalankan tugasnya dan di ruangan ini pula beliau mengadakan briefing dengan asisten-asistennya. Di samping benda-benda yang terletak di dalam maupun di luar etalase, di ruangan ini terdapat sebuah plat kuning (plate yellow) dengan tulisan yang berbunyi sebagai berikut :
Dengan ini kami :
Yayu Rulia Sutodiwiryo Ahmad Yani beserta putera-puteri, menyerahkan rumah lengkap dengan isinya kepada TNI AD.
Jakarta, 1 Oktober 1966
Di ruangan ini juga terdapat lukisan cat minyak ukuran besar persembahan Mayor Jenderal TNI Umar Wirahadi Kusumah yang pada saat itu menjabat Pangkostrad (mantan Wakil Presiden RI). Lukisan yang menggambarkan penculikan Jenderal TNI Anumerta A. Yani ini diberi nama "Subuh yang berdarah".
Ruang V : Ruang Makan.
Ruangan ini dibagi menjadi 2 bagian dengan lampu pemisah, yaitu sebagai ruang makan dan bar.
Ruang VI : Ruang Tidur Jenderal A. Yani.
Ruang tidur Jenderal TNI Anumerta A. Yani tidak terlalu besar Bila kedua putera laki-laki almarhum ikut tidur di kamar ini Almarhum sering tidur di lantai beralaskan kasur karena tempat tidur beliau yang terbuat dari kayu tidak terlalu besar dan masih tetap utuh keadaannya.
Di sudut atas ruang tidur terdapat tanda bekas sambaran halilintar yang merupakan firasat bagi Ibu A. Yani. Di dalam ruangan ini juga tersimpan senjata otomatis Thompson yang pernah dipergunakan oleh gerombolan G 30 S/PKI untuk memberondong Jenderal TNI Anumerta A. Yani lengkap dengan sisa pelurunya. Senjata LE Cal 7,62 buatan Cekoslovakia untuk memberondong Letnan Jenderal TNI Anumerta S. Parman. Kita jumpai pula senjata Owengun yang dipergunakan untuk menembak pimpinan G 30 S/PKI DN Aidit dan tokoh pemberontak lainnya di Jawa Tengah dalam Operasi Penumpasan PKI pada tahun 1965.
Di sini tersimpan pula replika pakaian tidur baju lengan pendek kesayangan beliau yang digunakan oleh Ibu A. Yani untuk mengepel dan membersihkan lantai yang penuh dengan lumuran darah beliau. Baju itu merupakan hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan oleh Ibu A. Yani. Gaji terakhir beliau bulan Obtober 1965 sebesar Rp. 120.000.- (uang lama) yang belum sempat diberikan kepada Ibu A. Yani juga cincin, kaca mata, keris, tongkat komando, pakaian dan lain-lain disimpan dengan baik di ruang ini.
Ruang VII dan VIII : Ruang Tidur Putra-Putri Jenderal A. Yani.
Di ruang ini terdapat tempat tidur yang terbuat dari kayu, koleksi boneka oleh-oleh almarhum, pakaian upacara adat sewaktu almarhum mendapat gelar "Kapitan Besar Patimura", koleksi perangko, buku-buku harian putera-puteri almarhum, pakaian almarhum, rokok Lucky Strike yang diberikan Jenderal TNI Anumerta A. Yani sehari sebelum meninggal kepada S. Nurdin (Wartawan Antara) di Tanjung Priok pada upacara militer. "...Din ini sama Jullie untuk kenang-kenangan", kata beliau saat itu. Dan benda-benda koleksi lainnya disimpan dengan baik di dua ruangan ini
Ruang IX : Ruang Dokumentasi
Ruang ini dahulu adalah ruang tamu bagian belakang, sekarang digunakan sebagai ruang dokumentasi. Foto dokumentasi yang dipamerkan antara lain: lumuran darah tempat robohnya seorang putera bangsa yang setia kepada Pancasila Jenderal TNI Anumerta A. Yani, darah bekas seretan tubuh beliau, penggalian dan pengangkatan 7 jenazah para Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya, pelepasan para Pahlawan Revolusi dari Mabesad (dahulu DEPAD), foto situasi upacara pemakaman di TMP Kalibata, foto rumah-rumah Jenderal dan perlengkapan lainnya yang dirusak di tempat masing-masing serta foto-foto dokumentasi kegiatan Jenderal TNI Anumerta A. Yani sewaktu masih aktif mengabdikan diri kepada Negara dan Bangsa Indonesia.
Ruang X : Ruang Pahlawan Revolusi.
Di ruangan ini khusus untuk menyimpan benda-benda koleksi para Pahlawan Revolusi yang lain. Benda-benda koleksi itu antara lain :
1. PDUB & PDUK Jenderal TNI Anumerta A. Yani.
2. PDUB Letnan Jenderal TNI Anumerta Soeprapto.
3. PDUB Letnan Jenderal TNI Anumerta S. Parman.
4. PDUB Mayor Jenderal TNI Anumerta Panjaitan.
5. PDUB Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo.
6. Benda koleksi milik pribadi Letnan Jenderal TNI Anumerta S. Parman.
7. Benda koleksi pribadi Mayor Jenderal TNI Anumerta Panjaitan. a.l. mesin tik yang kena tembakan.
8. Benda koleksi milik pribadi Jenderal TNI Anumerta A. Yani di kantornya